terselubing.in - Anda semua pasti mengenal jangkrik. Jangkrik jantan sering mengerik (berbunyi) pada malam hari. Kerikan mereka adalah bagian dari suara malam di sawah dan hutan kita, dihasilkan oleh gesekan sayap mereka di satu sama lain.
Seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com, Pada sayap mereka terbentuk struktur khusus yang membuat getaran yang kita dengar sebagai ‘Nyanyian jangkrik’. Mekanismenya sama seperti saat anda menggosok kuku Anda pada sisir. Kerikan jangkrik jantan ditujukan untuk memikat betinanya.
Namun, Teleogryllus oceanicus, salah satu spesies jangkrik yang dapat ditemukan dari Australia, sepanjang Oceania hingga ke Hawaii, memiliki masalah dengan kerikannya. Kerikannya terlalu banyak mendapat perhatian … Kerikan jangkrik Hawaii tidak hanya mengundang betina mereka, tetapi juga menarik lalat parasit!
Jadi, inilah yang terjadi:
Jangkrik ‘tiba’ di Hawaii menjelang akhir abad lalu mungkin dari Oceania. Sedangkan lalat parasit, Ormia ochracea, sampai di sana dari Amerika Utara. Lalat ini mencari hewan lain untuk dijadikan inang bagi telur mereka yang akan tumbuh di dalam inang mereka dan akhirnya membunuh inang mereka saat mereka tumbuh. Jangkrik yang bersuara keras adalah sasaran yang empuk. Jadi, pada gilirannya, populasi jangkrik kemudian beradaptasi, agar mereka tidak selalu menjadi sasaran lalat parasit dan punah. Mereka melakukannya di dua pulau, yang berjarak 101 km satu sama lain, secara independen. Itulah yang kita sebut Evolusi Konvergen.
Setelah hampir 20 generasi, jangkrik jantan di pulau Kauai telah berubah begitu banyak. Pada tahun 2003, 95% dari mereka tidak lagi mampu melakukan nyanyian mereka! Sayap mereka kehilangan struktur kicau kecil yang dibutuhkan untuk membuat suara dan menjadi datar.
Hanya dua tahun kemudian, hal yang sama mulai terjadi pada jangkrik jantan di pulau Oahu, dan sekarang, sekitar setengah dari mereka tidak lagi menghasilkan suara atau mengerik.
Anda mungkin berpikir: mungkin saja beberapa dari jangkrik Kauai terbang ke Oahu dan bukan Jangkrik Oahu yang berubah. Namun pikiran seperti itu terbantahkan dengan melihat sayap mereka, akan terlihat perbedaan – Jangkrik Oahu kehilangan struktur lebih sedikit dari sayap mereka daripada jangkrik Kauai. Selain itu, studi genetik yang dilakukan terhadap dua populasi jangkrik tersebut menegaskan bahwa mereka sangat berbeda satu sama lain. Dengan kata lain, mutasi yang berbeda dari genom sama-sama menyebabkan sayap jangkrik jantan di kedua populasi tersebut menjadi datar. Itu evolusi konvergen, dan ternyata terjadi lebih cepat dari yang kita duga selama ini.
Ya, Evolusi Berkata: “Diam Kau Jangkrik!”